Sebelum Memasuki Wilayah "Asing"
Akibat persiapan yang kurang matang, pendaki sering mengalami kepanikan ketika berhadapan dengan kondisi tertentu," tegas Perdana, anggota MAPALA UI. Hal ini jelas membahayakan, karena lingkungan gunung merupakan wilayah "asing" yang kadang tak kita kenal sama sekali.
Makanya, persiapan mendaki gunung jadi penting. Persiapan yang mesti dilakukan antara lain berupa latihan fisik dan mental, persiapan perlengkapan pendakian, dan pemahaman "ilmu" mendaki gunung. Simak cerita Ferdian, pencinta alam SMU 5 Bandung tentang pengalamannya berikut;
"Gue pernah tersesat. Entah kenapa, jalannya muter-muter aja di situ. Pernah juga naik Gunung Guntur (2248 mdpl), tiba-tiba hujan. Sementara gue lupa bawa tenda. Akhirnya bikin tenda darurat dari jas hujan. Pokoknya setiap naik gunung, selalu aja ada kejadian aneh yang gue alami," tutur Ferdian.
Kisah ini menunjukkan bahwa mendaki gunung tak seperti mau pergi ke mal. Butuh persiapan matang. Antara lain latihan fisik yang dilakukan dengan porsi benar. Seperti jogging yang dilakukan sekitar 30 menit dan dilakukan secara teratur, minimal seminggu dua kali. Tujuannya adalah untuk melatih daya tahan jantung dan paru-paru. Melatih paru-paru gunanya agar pendaki memiliki kapasitas VO2 Max yang memadai. Peregangan otot tubuh, terutama kaki juga penting. Karena pada saat mendaki gunung semua otot mengalami kontraksi.
Pencinta alam Canimount (Kolese Kanisius) bahkan membuat jadwal teratur. "Di Canimount, fisik dan mental nomor satu. Karena di gunung, kita sering dihadapkan pada kondisi yang drastis sekalipun. Maka fisik dan mental menjadi prioritas," kata Aldo Henry, Ketua Canimount.
"Ilmu" mendaki gunung tak kalah penting. Pelajaran semacam membaca peta dan kompas hukumnya wajib. Alat-alat navigasi tersebut dipakai untuk menghindar dari disorientasi medan. Selain itu, kata Antonius yang anggota WANADRI, seorang pendaki juga mesti belajar survival. Menurutnya, survival memberi "ilmu" hal-hal apa saja yang bisa dilakukan dalam kondisi darurat, seperti tumbuhan apa saja yang bisa disantap. Kedua "ilmu" ini biasanya terdapat pada pelatihan dasar pendaki gunung.
Selanjutnya, persiapan peralatan dan perbekalan adalah bagian lain yang sama perlu disiapkan. Peralatan dan perbekalan yang perlu dibawa antara lain:
* Ransel: Ransel yang baik terbuat dari bahan parasut. Semua peralatan dan perbekalan sebaiknya bisa masuk semuanya ke ransel. Periksa juga apakah ada bagian yang robek atau jahitan yang lepas.
* Kantung tidur: Kantung tidur (sleeping bag) berfungsi untuk menghilangkan rasa dingin, sekaligus agar tubuh kita bisa kembali normal, setelah bangun tidur.
* Jaket: Jaket yang baik untuk pendakian adalah yang memiliki lapisan penghangat. Yang berbahan jeans atau kain tidak disarankan.
* Sepatu: Sepatu mendaki umumnya bermodel tinggi dan menutup engkel kaki. Sedangkan sol sepatu yang pas adalah yang cukup tebal.
* Pakaian: Bawa pakaian secukupnya dan yang baik adalah terbuat dari bahan campuran katun dan sintetis. Selain mudah menyerap keringat, juga lekas kering jika terkena keringat atau air hujan.
* Ponco: Fungsinya adalah untuk melindungi tubuh dari hujan. Tapi ada juga baju hujan (rain coat) khusus yang tak merepotkan gerakan pendaki. Ponco juga bisa dimanfaatkan untuk tenda darurat.
* Topi: Topi buat pendaki ada dua jenis. Jenis pertama, topi rimba yang berfungsi untuk mengindar dari sengatan Matahari. Jenis kedua adalah balaclava yang bisa dipakai untuk menutup kepala saat dingin.
* Tempat air: Bagi pendaki berpengalaman, biasanya memisah antara tempat air untuk minum dan untuk membawa air cadangan buat memasak. Tentu saja tempat air cadangan harus lebih besar dan sebaiknya tak membawa jeriken yang lebih susah dimasukkan ke ransel.
* Peralatan makan dan memasak: Selain membawa piring, sendok, dan garpu, juga penting membawa kompor kecil yang mudah dibawa dan rantang susun yang fungsinya bisa juga dipakai sebagai piring.
* Peralatan mandi: Banyak pendaki yang ogah mandi ketika melakukan perjalanan. Padahal hal ini penting untuk membersihkan diri dan menyegarkan badan. Termasuk gosok gigi.
* Tenda: Tenda dome yang mudah dibawa dan dipasang sangat disarankan. Tenda ini juga cukup praktis, karena sudah dilengkapi dengan alas dan bisa memuat antara 2-4 orang (tergantung besarnya).
* Lampu senter: Cukup membantu penerangan di malam hari. Cari saja yang kedap air dan siapkan beberapa baterai serta lampu cadangan.
* Kompas dan peta: Agar tak menyasar ke mana-mana, alat ini wajib dibawa. Sekalipun kita sudah akrab betul dengan medan. Faktor alam yang serba tak pasti bisa saja justru membuat kita tersesat. Kompas dan peta adalah "teman" untuk mengarahkan perjalanan.
* Makanan: Dulu, mi instan dianggap jadi makanan wajib para pendaki. Belakangan, justru banyak yang mengganti dengan makanan lain yang lebih mudah diserap saluran pencernaan. Sebaiknya juga makanan yang mengandung energi tinggi.
Jumat, 25 Oktober 2002
Makanya, persiapan mendaki gunung jadi penting. Persiapan yang mesti dilakukan antara lain berupa latihan fisik dan mental, persiapan perlengkapan pendakian, dan pemahaman "ilmu" mendaki gunung. Simak cerita Ferdian, pencinta alam SMU 5 Bandung tentang pengalamannya berikut;
"Gue pernah tersesat. Entah kenapa, jalannya muter-muter aja di situ. Pernah juga naik Gunung Guntur (2248 mdpl), tiba-tiba hujan. Sementara gue lupa bawa tenda. Akhirnya bikin tenda darurat dari jas hujan. Pokoknya setiap naik gunung, selalu aja ada kejadian aneh yang gue alami," tutur Ferdian.
Kisah ini menunjukkan bahwa mendaki gunung tak seperti mau pergi ke mal. Butuh persiapan matang. Antara lain latihan fisik yang dilakukan dengan porsi benar. Seperti jogging yang dilakukan sekitar 30 menit dan dilakukan secara teratur, minimal seminggu dua kali. Tujuannya adalah untuk melatih daya tahan jantung dan paru-paru. Melatih paru-paru gunanya agar pendaki memiliki kapasitas VO2 Max yang memadai. Peregangan otot tubuh, terutama kaki juga penting. Karena pada saat mendaki gunung semua otot mengalami kontraksi.
Pencinta alam Canimount (Kolese Kanisius) bahkan membuat jadwal teratur. "Di Canimount, fisik dan mental nomor satu. Karena di gunung, kita sering dihadapkan pada kondisi yang drastis sekalipun. Maka fisik dan mental menjadi prioritas," kata Aldo Henry, Ketua Canimount.
"Ilmu" mendaki gunung tak kalah penting. Pelajaran semacam membaca peta dan kompas hukumnya wajib. Alat-alat navigasi tersebut dipakai untuk menghindar dari disorientasi medan. Selain itu, kata Antonius yang anggota WANADRI, seorang pendaki juga mesti belajar survival. Menurutnya, survival memberi "ilmu" hal-hal apa saja yang bisa dilakukan dalam kondisi darurat, seperti tumbuhan apa saja yang bisa disantap. Kedua "ilmu" ini biasanya terdapat pada pelatihan dasar pendaki gunung.
Selanjutnya, persiapan peralatan dan perbekalan adalah bagian lain yang sama perlu disiapkan. Peralatan dan perbekalan yang perlu dibawa antara lain:
* Ransel: Ransel yang baik terbuat dari bahan parasut. Semua peralatan dan perbekalan sebaiknya bisa masuk semuanya ke ransel. Periksa juga apakah ada bagian yang robek atau jahitan yang lepas.
* Kantung tidur: Kantung tidur (sleeping bag) berfungsi untuk menghilangkan rasa dingin, sekaligus agar tubuh kita bisa kembali normal, setelah bangun tidur.
* Jaket: Jaket yang baik untuk pendakian adalah yang memiliki lapisan penghangat. Yang berbahan jeans atau kain tidak disarankan.
* Sepatu: Sepatu mendaki umumnya bermodel tinggi dan menutup engkel kaki. Sedangkan sol sepatu yang pas adalah yang cukup tebal.
* Pakaian: Bawa pakaian secukupnya dan yang baik adalah terbuat dari bahan campuran katun dan sintetis. Selain mudah menyerap keringat, juga lekas kering jika terkena keringat atau air hujan.
* Ponco: Fungsinya adalah untuk melindungi tubuh dari hujan. Tapi ada juga baju hujan (rain coat) khusus yang tak merepotkan gerakan pendaki. Ponco juga bisa dimanfaatkan untuk tenda darurat.
* Topi: Topi buat pendaki ada dua jenis. Jenis pertama, topi rimba yang berfungsi untuk mengindar dari sengatan Matahari. Jenis kedua adalah balaclava yang bisa dipakai untuk menutup kepala saat dingin.
* Tempat air: Bagi pendaki berpengalaman, biasanya memisah antara tempat air untuk minum dan untuk membawa air cadangan buat memasak. Tentu saja tempat air cadangan harus lebih besar dan sebaiknya tak membawa jeriken yang lebih susah dimasukkan ke ransel.
* Peralatan makan dan memasak: Selain membawa piring, sendok, dan garpu, juga penting membawa kompor kecil yang mudah dibawa dan rantang susun yang fungsinya bisa juga dipakai sebagai piring.
* Peralatan mandi: Banyak pendaki yang ogah mandi ketika melakukan perjalanan. Padahal hal ini penting untuk membersihkan diri dan menyegarkan badan. Termasuk gosok gigi.
* Tenda: Tenda dome yang mudah dibawa dan dipasang sangat disarankan. Tenda ini juga cukup praktis, karena sudah dilengkapi dengan alas dan bisa memuat antara 2-4 orang (tergantung besarnya).
* Lampu senter: Cukup membantu penerangan di malam hari. Cari saja yang kedap air dan siapkan beberapa baterai serta lampu cadangan.
* Kompas dan peta: Agar tak menyasar ke mana-mana, alat ini wajib dibawa. Sekalipun kita sudah akrab betul dengan medan. Faktor alam yang serba tak pasti bisa saja justru membuat kita tersesat. Kompas dan peta adalah "teman" untuk mengarahkan perjalanan.
* Makanan: Dulu, mi instan dianggap jadi makanan wajib para pendaki. Belakangan, justru banyak yang mengganti dengan makanan lain yang lebih mudah diserap saluran pencernaan. Sebaiknya juga makanan yang mengandung energi tinggi.
Jumat, 25 Oktober 2002